Oleh : RUKAYAH, SKM
Mahasiswa Prodi Magister Universitas Mandala Waluya, Kendari. Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional.
Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2017, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 39% prilaku pengelolaan air minum yang aman dirumah tangga. Integrasi dari ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94% (Pinontoan dan Sumampouw, 2017).
Salah satu tantangan dalam pembangunan sanitasi di Indonesia adalah faktor kondisi geologis, geografis dan iklim. Daerah spesifik (challenging area) yang meliputi daerah pesisir pantai dan muara, daerah sepanjang sungai, daerah rawa, daerah rawan banjir dan daerah rawan air dan danau tersebut memiliki spesifikasi tidak hanya dalam aspek fisiktetapi juga aspek non fisik (Djonoputro, 2011).
Isu sosial dan budaya dalam masyarakat merupakan faktor kunci yang tidak bisa diabaikan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (Katukiza, et al., 2012).
Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang rendah, dominasi penduduk pendatang, kemauan masyarakat untuk menggunakan fasilitas sanitasi, keragaman tingkatekonomi, tidak menjadi prioritas bagi pemerintah (J.B Isunju, K. Schwartz, M.A. Schouten, W.P. Johnson, & M.P Van Dijk, 2011), serta kebiasaan buang tinja yang selama ini dilakukan.
Selain itu, pembangunan sarana sanitasi masih menggunakan Pendekatan Supply-driven yaitu keterlibatan masyarakat rendah, teknologi yang digunakan berdasarkan pada kebijakan global, replikasi atau berdasarkan pengalaman sukses dari tempat lain (Sileshi Baye, et al., 2012).
Faktor lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar dalam proses timbulnya gangguan kesehatan baik secara individu maupun masyarakat umum. Masalah kesehatan lingkungan yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang atau tidak memenuhi syarat kesehatan dan belum terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih, pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah dan pembuangan tinja.
Fasilitas sanitasi yang layak seperti jamban sehat merupakan fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septik/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau bersama.
Sebagian besar wilayah pesisir Kelurahan Nelayan Indah berkembang menjadi permukiman dengan kondisi sanitasi yang buruk. Masih terdapat praktek buang air besar sembarangan di laut,pembangunan jamban yang tidak sesuai standar kesehatan.Permasalahan yang dihadapi di kelurahan nelayan indah.
Letak Desa yang berada di daerah pesisir sehingga penduduk tidak memiliki fasilitas sanitasi yang layak. Banyak masyarakat yang BAB menggunakan jamban cemplung yang tidak memiliki septik tank dan dapat mencemari sumber air. apabila fenomena masyarakat yang BAB pada tempat yang tidak memenuhi syarat terus terjadi sehingga wilayah tersebut terancam munculnya beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan diantaranya penyakit cacingan, kolera (muntaber), diare, tipus, disentri, polio, hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya.
Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Semakin besar persentase yang BAB sembarangan maka ancaman penyakit itu semakin tinggi intensitasnya. Permasalahan yang ada di Kelurahan Belawan Indah adalah pemahaman dan kesadaran masyarakat masih rendah tentang jamban sehat.
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Herniwanti, Oktavia Dewi, Novita Rani, Jasrida Yunita, Endang Purnawati Rahayu, Mitra, Kiswanto, dan Budi Hartono (2021) yang berjudul “Penyuluhan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)sebagai SupportProgram Kesehatan Lingkungan padaMasa Pandemi COVID-19”.
STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang terdiri dari 5pilar kegiatan: Stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan), Mencuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air mengalir, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga serta Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga.
Kota Pekanbaru adalah ibu kota Provinsi Riau yang sebagian wilayahnya berada di tepian sungai Siak yaitu Kecamatan Rumbai Pesisir yangmemerlukan perhatian untuk program kesehatan lingkungan dengan STBM.
Tujuan dari kegiatan ini untuk dapat mengevaluasi dan mendukung program STBM berkelanjutan kepada Kader STMB di Lingkungan Puskesmas Rumbai Pesisir. Metode kegiatan yaitu sosialiasasi dan pemicuan kepada 34 kader STBM dari 4 kelurahan bekerja sama dengan Puskesmas serta Dinas Kecamatan pada bulan Februari 2021.
Hasil sosialiasi dan diskusi dengan kader disimpulkan umumnya permasalahannya adalah pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah rumah tangga yaitu pilar nomor 4 dan 5 pada STBM. Buang sampah 6 Penyuluhan Sanitasi Dan Cara Hidup Sehat Di Kawasan Pesisir Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan, Sumatera Utara sembarangan oleh masyarakat serta pengambilan sampah di TPS oleh pihak ketiga sering tidak tepat waktu danmenumpuk berhari-hari sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan serta limbah rumah tangga yang belum dikelola secara baik. Kader STBM, Kecamatan dan Puskesmas memerlukan dukungan akademis agar program ini di evaluasi secara berkala melalui kegiatan pengabdian masyarakat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Riska Epina Hayu, Fitri Mairizki, Ermayulis (2018) yang berjudul “Higiene Sanitasi dan Uji Escherichia Coli Depot Air Minum Isi Ulang (Damiu) di Kelurahan Pesisir, Kecamatan Lima Puluh, Kota Pekanbaru”. Keberadaan DAMIU terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum walaupun tidak semua produk DAMIU terjamin keamanannya.
Kelurahan Pesisir, Kecamatan Lima Puluh, Kota Pekanbaru memiliki dua puluh satu DAMIU dimana pemeriksaan DAMIU secara berkala jarang dilakukan. Kelurahan Pesisir juga termasuk ke dalam sepuluh besar angka kejadian diare pada tahun 2014. Pemilihan DAMIU untuk memenuhi kebutuhan akan air minum beresiko bagi kesehatan jika konsumen tidak memperhatikan higiene sanitasi DAMIU.
Hasil dari penelitian ini Kualitas bakteriologis air minum pada 7 DAMIU menunjukkan 1 DAMIU yang tidak memenuhi syarat dengan persentase 14% dan 6 DAMIU memenuhi syarat dengan persentase 86%. Secara umum higiene sanitasi tempat, peralatan, dan operator cukup baik, namun fasilitas sanitasi masih belum maksimal seperti belum adanya tempat cuci tangan yang dan tempat sampah yang tertutup, operator tidak mencuci tangan setiap melayani konsumen dan tidak memeliki sertifikat kursus higiene sanitasi DAMIU.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Shafira Raudhati Putri, Dewi Susanna (2020) yang berjudul “Kondisi Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Di Kawasan Pesisir Pantai Desa Sedari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat Tahun 2018”.
Penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi sanitasi dasar dengan kejadian diare di Desa Sedari. Dari hasil uji regresi logistik dapat dilihat bahwa variabel kondisi jamban yang buruk merupakan variabel yang dominan terhadap kejadian diare karena memiliki nilai OR = 0,315 dan p-value 0,122 yang lebih tinggi dari variabel lainnya. Kondisi sanitasi dasar yang buruk akan meningkatkan risiko terjangkitnya penyakit menular seperti diare.
Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh diare terutama oleh bayi dan balita. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini untuk melihat apakah ada hubungan antara kondisi sanitasi dasar dengan kejadian diare di Desa Sedari.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diambil dengan wawancara langsung terhadap sampel penelitian. Dari 1514 KK dapat diambil sampel sebanyak 104 KK. Desain studi penelitian ini adalah desain cross sectional dan data dianalsis secara univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan chi square dan multivariat dengan uji regresi logistik. Langkah yang perlu dilakukan diantaranya adalah dengan mengadakan sosilisasi terhadap masyarakat Desa Sedari terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah disembarang tempat dan memberikan edukasi terkait kondisi sanitasi yang baik agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa Sedari agar memperbaiki kondisi sanitasi yang sudah tidak layak.
Sedangkan untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel penelitian dan melakukan uji laboratorium terhadap sumber air dan air minum yang di konsumsi oleh masyarakat Desa Sedari. 8 Penyuluhan Sanitasi Dan Cara Hidup Sehat Di Kawasan Pesisir Kelurahan Tambea, Melda Kebutuhan Nakes, Sumatera Utara.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Resty Aprilia Utami (2018) yang berjudul “Dampak Sanitasi Lingkungan Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Wilayah Pesisir Kecamatan Kota Agung”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan serta dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan masyarakat di lingkungan 04 Kelurahan Pasar Madang Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 595 kepala keluarga, dengan sampel penelitian berjumlah 31 kepala keluarga. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kondisi sanitasi lingkungan di lingkungan 04 Kelurahan Pasar Madang Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus dikatakan belum baik karena belum memenuhi syarat kesehatan. 2) ada hubungan antara kondisi jamban, kondisi saluran air limbah, kondisi tempat pembuangan sampah dan kondisi rumah sehat yang belum memenuhi syarat kesehatan, berdampak pada timbulnya penyakit seperti diare, demam berdarah, tb paru-paru dan lain-lain.
Kondisi sanitasi lingkungan di lingkungan 04 Kelurahan Pasar Madang Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus dikatakan belum baik, dilihat dari indikator kondisi jamban, kondisi saluran pembuangan air limbah, kondisi tempat pembuangan sampah, dan kondisi rumah sehat belum memenuhi syarat kesehatan karena masih ada masyarakat yang kurang mengetahui pentingnya menjaga sanitasi lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan dari sanitasi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di lingkungan 04 Kelurahan Pasar Madang Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus bahwa ada pengaruh antara kondisi jamban, kondisi saluran pembuangan air limbah, kondisi tempat pembuangan sampah, dan kondisi rumah sehat yang belum memenuhi syarat kesehatan, Penyuluhan Sanitasi Dan Cara Hidup Sehat Di Kawasan Pesisir 9 Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan, Sumatera Utara berdampak pada timbulnya penyakit seperti diare, demam berdarah, tb paru-paru dan lain-lain.
Pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang dipengaruhi oleh perubahan darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai (UU No. 27 tahun 2007). Pantai ialah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut (Kodoatie, 2010:132).
Masyarakat di kawasan pesisir pantai kebanyakan mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan dan tidak jarang juga berprofesi sebagai petani. Pada umumnya kelompok masyarakat ini hidup dalam kemiskinan dan berpendidikan rendah.
Permukiman mereka umumnya kumuh padat penduduk, tidak memenuhi syarat kesehatan, dan sering terkena wabah penyakit seperti muntaber dan diare (Siahaan, 2004:90).
Sanitasi rumah masyarakat pesisir pantai ditinjau melalui penilaian terhadap empat kriteria yaitu sanitasi lingkungan, sanitasi rumah, sarana sanitasi dasar, perilaku penghuni rumah, dan sarana prasarana sanitasi lingkungan perumahan serta utilitas umum.
Sanitasi lingkungan merupakan kondisi lingkungan di sekitar pemukiman masyarakat pesisir pantai meliputi lokasi, kebersihan lingkungan, luas tanah dan bangunan, serta sumber kebisingan. Sanitasi rumah terdiri dari komponen rumah yaitu langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap dapur, dan pencahayaan di dalam rumah.
Aspek yang dinilai dalam kriteria sarana sanitasi dasar yaitu kualitas dan kuantitas air, sumber air bersih, sarana pembuangan sampah, pengelolaan air limbah dan tinja, jumlah kamar mandi, dan jamban, serta hewan pengganggu.
Perilaku penghuni rumah merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh penghuni dalam menyehatkan lingkungan rumah. Aspek yang dinilai adalah membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah.
Sedangkan untuk penilaian lingkungan perumahan sehat, aspek yang dnilai adalah kelengkapan sarana dan prasarana yang disediakan di lingkungan perumahan. Aspek yang dinilai antara lain sarana kesehatan, sarana rekreasi dan olahraga, sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau, sarana pemerintahan dan fasilitas umum, sarana perbelanjaan, sarana pemakaman, jaringan jalan, jaringan saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah, jaringan air bersih, jaringan listrik, sarana pemadam kebakaran, sarana peneraangan jalan umum, jarak antar rumah, keadaan geografi, tidak terletak daerah rawan kecelakaan, pengelolaan sampah, dan genangan air. Masing-masing kriteria yang terdapat pada aspek-aspek penilaian tersebut akan dihitung nilainya berdasarkan dengan observasi yang dilakukan, melalui hasil perhitungan tersebut dapat diketahui Penyuluhan Sanitasi Dan Cara Hidup Sehat Di Kawasan Pesisir 23 Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan, Sumatera Utara rumah yang memenuhi syarat, rumah yang cukup memenuhi syarat, dan rumah yang kurang memenuhi syarat.
Definisi pesisir menurut Pujiati (2013:50), pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi antara ekosistem darat dan laut yang kaya akan sumber daya alam atau bisa juga disebut sumber daya pesisir. Sumber daya pesisir terdiri dari sumber daya hayati dan nir-hayati. Sumber daya hayati meliputi ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan biota laut, sedangkan sumber daya nir-hayati terdiri atas sumber daya mineral di lahan pesisir, permukaan air, dan dasar laut.
Sumber daya pesisir mempunyai fungsi yang sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja, dan pendapatan penduduk. Sedangkan, kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan ekosistem darat dan laut yang saling mempengaruhi dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administratif kabupaten/kota (Pujiati, 2013:51). Berikut peranan penting kawasan pesisir adalah (Pujiati, 2013:51) : a. Sebagai tempat bertemunya pendatang dari berbagai daerah, kawasan pesisir menjadi mosaik sosial budaya. b. Ekosistem beragam, rumit, dan produktif sebagian besar terletak di kawasan pesisir. c. Menjamin pengadaan pangan dunia. d. Menumbuhkan dan menjaga keunikan sosial, budaya, dan ekologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar